Jalan Terjal Pasar KlithikanArif Novianto ; Peneliti Politik di Bulaksumur Empat, Yogyakarta |
TEMPO.CO, 22 Maret 2014
Sejak dibukanya keran liberalisasi ekonomi (termasuk pasar retail) di Indonesia pada 1997-an sampai sekarang, gempuran pasar retail modern (hipermarket, supermarket, dan minimarket) ke Indonesia telah mendapatkan titik temunya. Akibatnya, tak dapat dimungkiri, kehadiran pasar retail modern ini secara telak telah mengeksklusi (menyingkirkan) pasar-pasar rakyat atau sering disebut sebagai pasar tradisional. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang pernah saya lakukan di pasar tradisional Klithikan Pakuncen, Yogyakarta, tidak semua pasar tradisional harus tereksklusi dengan bombardir kehadiran pasar retail modern ini. Masih adanya eksistensi pasar tradisional di tengah persaingan yang tidak seimbang dengan pasar modern ini terjadi lantaran tiga hal utama. Pertama, barang-barang komoditas yang dijual tak sama dan memiliki ciri khas tertentu. Pasar Klithikan memang terkenal karena barang yang dijualnya dapat dikatakan khas, yaitu barang-barang kuno atau antik, barang-barang second, ataupun barang-barang bajakan (KW) dengan harga miring. Hal tersebut membuat tempat ini dapat tetap bertahan karena komoditas tersebut tak diperdagangkan di pasar retail modern. Kedua, modernisasi pengelolaan pasar. Sebelum direlokasi ke Pasar Klithikan Pakuncen, para pedagang di Pasar Klithikan adalah para PKL di sekitar trotoar Jalan Mangkubumi, Jalan Asemgede, dan Alun-alun Kidul Keraton Yogyakarta. Relokasi ini merupakan inisiatif Pemerintah Kota Yogyakarta, agar aktivitas perdagangan di trotoar tersebut tidak membuat kemacetan. Juga agar para pedagang dapat berjualan di tempat yang lebih bersih, teratur, dan nyaman dengan pengelolaan secara modern. Alhasil, pengelolaan yang modern ini membuat Pasar Klithikan menjadi salah satu dari ikon Kota Yogyakarta. Ketiga, mekanisme transaksi yang berbeda. Bila kita melakukan transaksi jual-beli di pasar modern, kita hanya disuguhi barang dengan harga yang sudah ditentukan. Artinya tidak ada proses interaksi sosial di sana. Maka, keunggulan yang dimiliki pasar tradisional dibanding pasar modern adalah adanya hubungan interaksi sosial dan budaya di dalam setiap relasi jual-beli. Adanya proses komunikasi secara langsung dengan saling menawar harga antara penjual dan pembeli di dalam pasar tradisional ini telah menciptakan ikatan keakraban dan kekerabatan yang berbalut kehangatan di antara mereka. Proses tersebutlah yang kemudian menciptakan kenangan tersendiri. Studi di Pasar Klithikan ini menunjukkan bahwa ketika pasar rakyat atau tradisional tidak memiliki ciri khas komoditas tertentu dan pengelolaan yang modern, ia sudah pasti akan tereksklusi akibat relasi modal yang timpang dengan pasar modern. Jadi, terobosan kebijakan dari pemerintah untuk memodernisasi dan memberdayakan pasar rakyat serta membatasi kehadiran pasar retail modern menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pasar rakyat adalah napas perekonomian nasional. ● |
Post a Comment