Perilaku Saling Percaya

Perilaku Saling Percaya

Rene L Pattiradjawane  ;   Wartawan Senior Kompas
KOMPAS,  12 Maret 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                                                                             
UNTUK pertama kalinya sejak bencana alam tsunami di Aceh di pengujung tahun 2004, berbagai negara kawasan Asia dan luar kawasan menggelar operasi militer pencarian dan penyelamatan (SAR) bersama dalam rangka mencari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang tiba-tiba menghilang dari radar dalam perjalanan Kuala Lumpur-Beijing.

Setidaknya ada 40 kapal perang, belasan helikopter dan pesawat militer berkeliaran di Laut Tiongkok Selatan, berusaha untuk memecahkan misteri hilangnya pesawat MH370. Selain Malaysia, bantuan SAR militer juga berasal dari Indonesia, Tiongkok, Australia, Selandia Baru, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan AS.

Yang menarik dalam operasi militer SAR ini, semua negara yang terlibat mengirim kapal perang jenis perusak atau fregat, termasuk helikopter HH-60G Pave Hawk milik AS yang memiliki sensor inframerah maupun pesawat jenis Hercules dan Orion P-3 yang digunakan untuk pengintaian. Penggelaran masif SAR militer ini menjadi penting untuk mencari penyebab hilangnya MH370 tersebut.

Di sisi lain, negara yang terlibat dalam misi pencarian MH370 ini semuanya memiliki kepentingan di Laut Tiongkok Selatan, terutama terkait klaim tumpang tindih kedaulatan atas kepulauan dan bebatuan karang di wilayah tersebut. Beijing yang memiliki klaim atas seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan pun tidak lagi membahas soal klaim itu dan mengabaikan semua aturan yang diterapkan secara unilateral di kawasan tersebut.

Tiongkok memiliki kepentingan atas insiden MH370 ini dan mendesak agar Malaysia segera memberikan jawaban teka-teki hilangnya pesawat tersebut. Di dalam pesawat tujuan Beijing ini terdapat banyak sekali warga negara dan warga RRT tercatat paling besar, mencapai 154 orang, Malaysia 54 orang, Indonesia 7 orang, dan lainnya.

Kedua, kerja sama multilateral atas nama kemanusiaan dan perlindungan warga ini harus ada yang memimpin. Bagi ASEAN, khususnya Malaysia karena menyangkut flag-carrier maupun Indonesia yang berupaya mendorong draf kosong tata perilaku (code of conduct) di Laut Tiongkok Selatan, ini merupakan kesempatan penting dan langka dalam membentuk saling percaya di wilayah potensi konflik klaim tumpang tindih kedaulatan.

Peluang kerja sama seperti ini tidak akan muncul melalui meja perundingan atau diskusi para pejabat tinggi ASEAN dengan mitra dialognya di berbagai forum. Dan tanpa ada yang memimpin, kita khawatir operasi militer SAR ini akan menjadi ajang politik kepentingan berbagai negara di Laut Tiongkok Selatan, bahkan menyulitkan pola dan perilaku komunikasi dalam pencarian tersebut.

Dan faktor ketiga, misteri pesawat MH370 membuktikan interkoneksi yang erat dan tidak terhindari dari berbagai negara di kawasan Asia-Pasifik ini. Interkoneksi dunia melalui perjalanan, perdagangan, dan investasi mengartikulasikan pentingnya kerja sama dan saling menguntungkan. Dalam dinamika regionalisme sekarang ini, warga negara menjadi aset yang perlu dilindungi oleh negara mana pun.

Pencarian MH370 dalam operasi SAR militer ini perlu didorong inisiatif diplomasi ASEAN mengajukan mekanisme kerja sama negara kawasan dan luar kawasan. Insiden hilangnya pesawat komersial Malaysia ini adalah momentum penting menjaga stabilitas dan perdamaian, sekaligus pembelajaran penting bagaimana perilaku saling percaya antarnegara mampu melakukan kerja sama SAR militer.
Apa pun harus ada penjelasan atas hilangnya pesawat MH370 ini.
Indeks Prestasi

Post a Comment