Pesan Moral dari NguyenAgus Hidayat ; Mantan Wartawan, Praktisi PR |
TEMPO.CO, 19 Februari 2014
Dalam sejarah aplikasi peranti bergerak, tampaknya baru Dong Nguyen yang "membunuh" ciptaannya justru di tengah popularitas yang sedang melesat naik. Bagi pengguna ponsel pintar berbasis iOS dan Android, Flappy Bird menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia sejak Januari lalu. Permainan burung 2D dengan tampilan grafis yang tampak ketinggalan zaman ini menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh (dan tentu saja dimainkan) melalui toko aplikasi milik Apple, App Store, dan toko aplikasi Android, Google Play. Dalam sebuah laporan disebutkan, permainan ini membukukan pendapatan sebesar US$ 50 ribu per hari melalui in-game advertising pada awal 2014. Angka ini mungkin akan terus menanjak, mengingat popularitasnya yang kian naik. Untuk itu, kita semua terkejut ketika pada Sabtu, 8 Februari lalu, Dong Nguyen, pencipta Flappy Bird, melalui akun Twitter-nya berkicau mengumumkan penarikan permainan yang tengah naik daun ini. "Saya tidak dapat menanggungnya lebih lama lagi," kata Nguyen, yang menafikan penarikan ini berkaitan dengan aspek legal. "Flappy Bird dirancang untuk dimainkan dalam beberapa menit saat Anda sedang santai. Kenyataannya malah membuat orang menjadi ketagihan. Saya pikir hal ini menjadi masalah. Untuk menyelesaikan masalah ini, cara terbaiknya adalah menutup Flappy Bird. Dia lenyap selamanya," kata Nguyen dalan sebuah wawancara majalah. Sampai titik inilah Nguyen menampar kita dengan pelajaran moralnya. Adalah cita-cita setiap pengembang game, yang memasang gratis permainannya di toko aplikasi, untuk membuat pemakainya ketagihan dan terus mencetak laba melalui jumlah aplikasi yang diunduh. Sebab, ini berkorelasi dengan banyaknya iklan yang akan hadir. Iklan ini tentu saja merupakan lumbung uang. Kenyataannya, Nguyen tak lantas silau dan gelap mata oleh pendapatan US$ 50 ribu per hari yang dihasilkan dari Flappy Bird. Dia justru khawatir si Flappy Bird menjadi candu baru bagi generasi mobile. Agaknya, belakangan Nguyen kian menyadari efek samping permainan ini. Dari berbagai review di App Store dan Google Play, serta berbagai percakapan di media sosial, setidaknya kita dapat menangkap benang merah efek kecanduan memainkan Flappy Bird: frustrasi dan pesimisme. Padahal, permainan-apa pun bentuknya-dibuat agar penggunanya bersenang-senang dan memperoleh kebahagiaan, bukan? Seandainya sebuah permainan menghadirkan efek sebaliknya, gampang saja, tinggal uninstall permainan tersebut, habis perkara. Teknologi sejatinya bersifat bebas nilai dan manusialah yang kemudian memberi nilai kepada teknologi ini. Namun, bagi Nguyen, teknologi tak bisa sepenuhnya dilepaskan dari aspek moralitas, apalagi bagi seseorang, di balik hadirnya teknologi itu. Untuk itu, pilihan Nguyen rasanya patut diapresiasi. Ketika ia merasa teknologi sudah bertentangan dengan hati nurani, yang harus dimenangkan adalah hati nurani. Mengutip Immanuel Kant, moralitas adalah hal keyakinan dan sikap batin, bukan sekadar penyesuaian dengan aturan dari luar, entah itu hukum negara, agama, ataupun adat-istiadat. Selanjutnya, Kant menyebut bahwa kriteria mutu moral seseorang adalah hal kesetiaannya terhadap hatinya sendiri, moralitas adalah pelaksanaan kewajiban karena penghormatan kepada hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. ● |
Post a Comment