Kantor Tanpa Bos

Kantor Tanpa Bos

Alberto D Hanani  ;   Founder dan Managing Partner BEDA & Company
KORAN SINDO,  04 Maret 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                      
Pelaku usaha memerlukan tim yang mampu bertindak kreatif, produktif, independen, dan keterlibatan penuh anggota tim demi kesuksesan perusahaan. Pendekatan yang kini populer untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah bossless office atau pendekatan kantor tanpa bos. Kantor tanpa bos ini merupakan pendekatan di mana lingkungan kerja disusun tanpa adanya jabatan dan atasan.

Sebagai implikasi, para pekerja dituntut bekerja sama dan melakukan pengambilan keputusan kolektif. Setiap anggota tim mengambil peran dalam pengambilan keputusan dan tidak ditentukan secara linier oleh atasan. Adam Cobb menyatakan, pendekatan ini merupakan ”pola pikir yang sangat demokratis mengenai pekerjaan”. Reaksi dari akademisi dan pelaku usaha atas pendekatan ini sangat beragam. Mereka yang kontra berpandangan, ketiadaan atasan akan memicu pengambilan keputusan yang lama dan bertele-tele.

Pengambilan keputusan dan kerja tanpa adanya atasan juga sering kali berjalan tidak produktif. Adapun mereka yang pro berpendapat, bawahan yang merupakan anggota tim sering kali memiliki keahlian dalam menyelesaikan pekerjaan. Pendekatan ini berusaha untuk memeratakan distribusi keahlian ke anggota-anggota tim dan memanfaatkannya untuk kesuksesan perusahaan.

Atribut Negatif dari Bossless Office

Salah satu atribut yang dilontarkan sebagai kelemahan dari pendekatan kantor tanpa bos ini adalah tekanan teman sejawat. Dengan hilangnya peran atasan dalam sebuah tim, anggota-anggota tim cenderung berusaha memegang kendali dan berusaha mengawasi rekan-rekan sejawatnya.

Tekanan dari teman sejawat ini sering kali tidak sehat dan membuat kinerja tim menjadi tidak efisien karena anggota tim saling menekan dan menuntut di antara mereka. Dalam pengelolaan organisasi tradisional, digunakan pendekatan militer yang menawarkan struktur dan rantai komando yang jelas. Hal tersebut didasarkan pada pemahaman, pada dasarnya manusia rikuh untuk menentukan keputusan secara bersama-sama.

Karena itu, diperlukan seseorang yang memiliki otoritas final yang pada akhirnya menjadi pengambil keputusan dan memastikan organisasi tetap berjalan. Pendekatan kantor tanpa bos kehilangan keuntungan utama dari pengelolaan organisasi tradisional itu di mana kantor tanpa bos sangat mungkin mengalami kebuntuan dalam mengambil keputusan yang pada akhirnya membuat organisasi tidak berjalan efektif.

Atribut berikutnya yang perlu diperhatikan sebagai kelemahan dari pendekatan ini adalah lemahnya anggota tim yang introver. Dalam lingkungan kerja yang jelas siapa atasan, ada kejelasan atas otoritas. Pendekatan kantor tanpa bos menimbulkan ambiguitas atas siapa yang mempunyai otoritas, hal tersebut membuat masingmasing dari anggota tim semakin menunjukkan kecenderungan alami mereka. Anggota tim yang bersifat introver akan semakin diam dan mereka yang ekstrover akan mendominasi kerja dan diskusi.

Kunci Sukses Bossless Office

Nancy Rothbard menekankan poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan pendekatan kantor tanpa bos. Dalam tim di mana tidak dinyatakan siapa atasan langsung dari tim tersebut, tetap perlu seseorang yang memegang kendali. Pemimpin dari tim tersebut perlu mengambil peran sebagai ”pembina”, bukan peran klasik sebagai ”diktator”.

Sebagai tambahan, Nancy menambahkan, kecepatan pengambilan keputusan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Pengambilan keputusan sering kali berjalan lamban karena perlunya konsensus dari seluruh anggota tim. Jika proses pengambilan keputusan masih terasa bertele-tele, salah satu anggota tim perlu maju memegang kendali dan memutuskannya.

Di luar situasi yang demikian, anggota tim yang memegang nilai-nilai yang sama akan sangat berguna dalam membantu percepatan pengambilan keputusan. Mengingat pentingnya budaya yang dibentuk oleh nilainilai perusahaan, perekrutan anggota perusahaan juga menjadi kunci. Perusahaan perlu merekrut anggota-anggota perusahaan yang memiliki kesehatian dengan nilai-nilai perusahaan, kemudian perusahaan tetap perlu untuk mempromosikan nilai-nilai tersebut secara konsisten.

Adam Cobb menambahkan, anggota tim perlu memiliki motivasi pribadi guna berkontribusi aktif di dalam tim. Perusahaan dapat memperhatikan motivasi pribadi tersebut dengan memberi perhatian pada faktor intrinsik (karakter pekerjaan itu sendiri) dan ekstrinsik (imbal jasa, jenjang karier, dan sebagainya) yang menjadi motif dari karyawan-karyawan yang mereka rekrut.

Matthew Bidwell menyatakan, pendekatan ini telah dijalankan secara baik di berbagai firma penyedia jasa profesional (kantor akuntan publik, firma hukum, konsultan manajemen) dan akademia. Keputusan-keputusan pada organisasi tersebut diambil secara kolektif di dalam tim maupun komite. Hal tersebut menunjukkan pendekatan itu telah lama dilakukan dan dapat berjalan baik pada situasi-situasi tertentu.

Sebuah organisasi di lingkungan pelayanan jasa yang menghadapi langsung para konsumen merupakan contoh lain situasi di mana pendekatan kantor tanpa bos akan berjalan baik. Sebuah tim penjualan yang tidak perlu mengatakan ”oh, saya konsultasikan dulu dengan bos saya ya” dan memecahkan masalah konsumen secara langsung akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas tim tersebut. Memahami lingkungan dan karakter dasar dari organisasi menjadi poin penting untuk mengadopsi atau tidak pendekatan bossless office.

Kemudian, pelaku usaha perlu memperhatikan atribut negatif dan melengkapinya dengan kuncikunci penting dari penerapan pendekatan bossless office guna menciptakan tim yang kreatif, produktif, dan efektif.
Indeks Prestasi

Post a Comment