Memainkan Bidak Catur di Ukraina

Memainkan Bidak Catur di Ukraina

Chusnan Maghribi  ;   Alumnus Hubungan Internasional FISIP
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
SUARA MERDEKA,  03 Maret 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                      
SEJARAH berulang. Itulah kalimat pendek untuk Presiden Ukraina Viktor Yanukovich. Dua kali menjabat presiden setelah dua kali memenangi pemilihan umum, yakni tahun 2004 dan 2010, dua kali pula harus menelan pil pahit: mengakhiri masa jabatan di tengah jalan setelah diprotes ribuan demonstran pendukung oposisi selama 3-4 bulan.

Peristiwa pertama terjadi pada Januari 2005 (Revolusi Oranye), dipicu oleh ketidakpuasan pendukung oposisi yang menganggap kemenangan Yanukovich dalam Pemilu 2004 dicapai dengan cara tidak fair.

Setelah terus-menerus diprotes oleh ribuan pendukung oposisi, baik di jalan-jalan maupun di Lapangan Kemerdekaan, ia terpaksa mundur. Peristiwa kedua terjadi pada 23 Februari 2014 setelah Verkhovna Rasa (parlemen Ukraina) memakzulkannya. Secara resmi Yanukovich memang dilengserkan oleh parlemen.

Tetapi, parlemen, yang diketuai Oleksandr Turchinov yang kemudian menjabat presiden sementara, dipastikan tak akan memundurkannya bila ribuan demonstran pendukung oposisi tidak menekannya secara kuat dan keras lewat unjuk rasa terus-menerus selama kurang lebih 4 bulan terakhir.

Ribuan pendukung oposisi berbulan-bulan turun ke jalan menentang keputusan Yanukovich yang tunduk pada tekanan Rusia untuk menolak menandatangani Deep and Comprehensive Free Trade Agreement (DCTA) dengan Uni Eropa (UE) pada saat digelar pertemuan puncak UE di Vilnius Lithuania pada November 2013.

Mengapa peristiwa buruk penurunan paksa seorang pemimpin negara lewat tekanan protes jalanan kembali terjadi di Republik Ukraina? Sekurang-kurangnya ada tiga alasan. Pertama; masyarakat Ukraina belum matang berdemokrasi.

Di negara mana pun yang matang dalam berdemokrasi semisal Amerika Serikat, perbedaan pendapat ataupun sikap dalam merespons isu, kebijakan atau keadaan, tidak diikuti oleh aksi protes massa di jalanan yang berujung pemakzulan pemimpin negara.

Kalau pun terjadi perbedaan tajam dan serius menyangkut sebuah kebijakan seorang pemimpin misalnya, sehingga rakyat menuntutnya harus mempertanggungjawabkannya dengan mengundurkan diri, hal itu dilakukan melalui mekanisme formal yang tidak bertentangan dengan konstitusi negara.

Pemakzulan Presiden Richard Nixon akibat skandal Watergate berjalan selaras dengan Konstitusi AS dan imun dari tekanan unjuk rasa di jalanan.

Mengiblat Kremlin

Kedua; kegagalan pemerintahan Yanukovich mengatasi krisis ekonomi berkepanjangan. Krisis ekonomi yang parah terutama sejak 2008 tidak terbantahkan.

Akibat krisis tersebut pemerintahan Yanukovich tidak punya anggaran memadai untuk menggerakkan kemudi pemerintahan. Untuk mengatasinya ia berpaling ke Rusia dan China guna memperoleh bantuan pinjaman. Akhir Desember 2013 ia menandatangani pemberian paket bantuan keuangan 15 miliar dolar AS dari Moskow dan 10 miliar dolar AS dari Beijing.

Keputusan Yanukovich berpaling ke Rusia dan China, tidak disukai oposisi yang pro-Barat. Buntutnya, oposisi menggerakkan ribuan pendukung turun ke jalan-jalan memprotes kebijakan Yanukovich yang menolak menandatangani DCTA dan berpaling ke Kremlin itu.

Andai pemerintahan Yanukovich sukses memperbaiki perekonomian negeri, barang kali rakyat, termasuk pendukung oposisi sekali pun, tak mudah diprovokasi untuk melakukan protes jalanan.

Ketiga; campur tangan asing. Apabila pihak asing tidak nimbrung terlibat tarik-menarik kepentingan atau berebut pengaruh, sangat mungkin krisis Ukraina tidak sepanas sekarang.

Kenyataannya, tarik-menarik kepentingan antara UE plus AS dan Rusia berlangsung secara kasat mata. Mereka terangterangan mendukung pihak-pihak yang bertikai (oposisi dan pemerintahan Yanukovich).

Mereka mempermainkan Ukraina seperti memainkan bidak di papan catur. UE dan AS mendukung oposisi yang untuk sementara waktu ’’menyekak mat’’ Presiden Yanukovich.

Adapun Rusia mendukung Yanukovich yang kini dalam posisi kalah. Pertarungan UE plus AS versus Rusia diperkirakan masih berlangsung seru dalam waktu dekat. Pasalnya, dari segi geoekonomi ataupun geopolitik keamanan Ukraina punya arti strategis, baik bagi UE dan AS maupun Rusia.
Indeks Prestasi

Post a Comment