Mistery Flight MH-370 Chappy Hakim ; Pemegang Airline Transport Pilot License (ATPL) No. 2391 |
KORAN SINDO, 15 Maret 2014
Pesawat Boeing 777–200 Malaysia Airlines (MAS) MH-370 yang hilang, kini sudah memasuki hari ketujuh dan belum juga ada tanda-tanda yang jelas menunjukkan ke mana gerangan pesawat terbang itu bergerak. Tim SAR lebih dari delapan negara sudah bekerja keras turut mencari dengan hasil yang masih sia-sia. Salah satu yang belum jelas adalah munculnya pemberitaan yang simpang siur mengenai kemungkinan pesawat tersebut mengubah jalur dan terbang kembali ke Malaysia. Dalam hal keberadaan pesawat terbang MH-370, kiranya diperlukan kerja sama erat antarnegara, juga antar-satuan atau unit radar sipil dan militer. Radar militer, dalam hal ini adalah perangkat radar yang merupakan instalasi dari unit pertahanan udara nasional. Prinsip kerja dari radar penerbangan sipil (pensip) dengan radar pertahanan udara (hanud) sangat jauh berbeda. Radar pensip menangkap data pergerakan pesawat yang dilengkapi dengan transponder dan bertujuan memberikan pelayanan keselamatan penerbangan. Sementara, radar hanud bekerja untuk menjaga ruang udara wilayah kedaulatan negara dari penerbangan-penerbangan liar tanpa izin yang datang menerobos dengan maksud-maksud tertentu. Pelacakan dengan radar tracking (lintasan terbang pesawat di layar radar) terhadap posisi akhir dari keberadaan MH-370 akan sangat menentukan cepat dan lambatnya keberhasilan upaya pencarian yang dilakukan. Di hari-hari pertama upaya pencarian, muncul banyak pemberitaan yang tidak jelas tentang dimana sebenarnya posisi terakhir pesawat yang hilang tersebut. Satu hal yang sangat diperlukan untuk menentukan arah pencarian harus atau dapat dimulai. Bahkan, Vietnam dan China sempat mengajukan kekecewaannya terhadap otoritas penerbangan Malaysia yang terkesan tidak terbuka dalam menjelaskan aneka informasi terkait dengan penerbangan MH-370. Anggapan China dan Vietnam disebabkan dengan berubah- ubahnya penjelasan tentang adanya penumpang yang naik menggunakan paspor curian serta beberapa penumpang yang membatalkan niatnya berangkat dengan MH-370 setelah check-in. Demikian pula tentang posisi terakhir sebelum hilang, yang sempat dikatakan bahwa pesawat berbelok arah pulang ke KL yang kemudian segera diralat kembali. Kini banyak pihak kemudian curiga terhadap sikap Pemerintah Malaysia yang terkesan menutup-nutupi keterangan- keterangan yang justru sangat diperlukan bagi tim search and rescue (SAR) dalam berusaha sesegera mungkin untuk dapat menemukan jejak pesawat B-777-200 Malaysia dengan nomor penerbangan MH-370 tersebut. Pada setiap kecelakaan pesawat terbang, hampir semua orang ingin segera mengetahui apa gerangan yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. Di sisi lain, pada setiap kecelakaan, maka hampir dapat dikatakan mustahil untuk dapat segera mengetahui penyebab kecelakaan, terutama yang kondisi pesawatnya mengalami rusak total dan tidak ada penumpang serta awak pesawat yang selamat. Lebih-lebih lagi pada kasus pesawat hilang yang belum ditemukan. Sebenarnya pesawat terbang modern dipastikan dilengkapi dengan emergency locator transmitter (ELT) atau emergency locator beacons (ELBA). Alat ini adalah berupa transmitter, atau pemancar radio yang akan segera memancarkan sinyal elektro magnetik pada frekuensi ”emergency”, begitu alat ini lepas dari pegangannya dan atau mengalami benturan. Alat ini akan memancarkan sinyalnya selama 2 x 24 jam, yang tujuannya memudahkan tim SAR menemukan lokasi kecelakaan dan menolongnya. Di samping ELT, pesawat juga dilengkapi dengan ”black box”, yang terdiri dari cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR). Alat ini akan merekam kejadian pada 30 menit terakhir sebelum terjadinya kecelakaan. Dengan demikian, maka penyebab kecelakaan akan dengan mudah dapat dipelajari sehingga kejadian serupa di masa datang akan dapat dihindari. Yang menyulitkan dalam kasus MH-370 ini adalah, pesawat hilang tiba-tiba dan pancaran transmitterELT dan atau ELBA tidak pula terlacak. Di sinilah letak misterinya, pesawat yang tiba-tiba hilang lenyap bak tertelan bumi. Pada kasus pesawat mengalami keadaan darurat, maka pilot akan melaporkan keadaan emergency yang dihadapinya dan melaporkan posisi pesawat terbangnya. Dengan demikian, bila dibutuhkan pertolongan, tim pencari dan penolong dapat dengan mudah menuju tempat kejadian kecelakaan. Pada kejadian MH-370, tidak ada laporan dari pilot tentang terjadinya keadaan darurat. Dengan kondisi yang seperti ini, dapat diperkirakan MH-370 mengalami keadaan darurat yang sangat tiba-tiba sehingga pilot tidak sempat melapor ke air traffic control (ATC) dimenara pengawas di darat. Dapat saja dicurigai di sini bahwa pesawat telah dibajak dan kendali komando diambil alih oleh para pembajak. Pembajak mematikan semua peralatan komunikasi pesawat sehingga pilot tidak bisa melaporkan keadaan yang tengah dihadapinya. Khusus tentang pembajakan, sebenarnya ada alat transponder di kokpit yang dapat diset oleh pilot pada moda yang memancarkan sinyal sebagai tanda pesawat tengah mengalami pembajakan. Namun, apakah sang pilot masih cukup berdaya untuk dapat melakukannya, hal itu masih merupakan tanda tanya besar. Banyak faktor lain dan salah satunya adalah pada kasus terjadinya ledakan di pesawat. Khusus tentang ledakan ini, paling tidak ada dua kemungkinan yang terjadi. Apabila ledakan yang terjadi itu cukup besar dan menghancurkan pesawat sampai berkeping-keping pada ketinggian di atas 30.000 kaki, maka serpihannya akan bertebar ke arah yang relatif luas dan berhamburan pada kawasan yang sangat jauh sekali. Dengan hembusan angin dan lain sebagainya, maka pecahan-pecahan bagian badan pesawat akan sangat sulit untuk ditemukan. Berikutnya, bila ledakannya kecil tetapi merusak sistem kendali pesawat, maka pesawat akan jatuh ke laut dengan kecepatan tinggi dan masuk ke kedalaman sampai terdampar di dasar laut. Sekali lagi, dengan data yang relatif terbatas, akan menjadi sangat sulit untuk dapat menerka apa gerangan yang terjadi dengan penerbangan MH-370 di hari Sabtu lalu. Setiap kejadian kecelakaan pesawat terbang memang selalu saja muncul spekulasi dugaan penyebab kecelakaan, namun apabila black box belum ditemukan dan analisis belum dilakukan oleh para investigator yang kompeten, maka kita tidak akan memperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Semoga yang terbaik yang terjadi, insya Allah, amin. ● |
Post a Comment