“Mantra Kehidupan” Manusia

“Mantra Kehidupan” Manusia

Benni Setiawan  ;    Dosen di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),
Peneliti di Maarif Institute for Culture and Humanity
JAWA POS,  20 Februari 2014

                                                                                         
                                                                                                                       
JAGAT berita korupsi kembali heboh. Kehebohan ini terkait dengan skandal korupsi yang melibatkan perempuan cantik. Sekadar menyegarkan ingatan, beberapa bulan lalu skandal serupa menyeret nama Ahmad Fathonah. Ahmad Fathonah yang dekat dengan mantan Presiden PKS Luthfie Hasan Ishaq ditengarai membagikan uang haram tersebut kepada beberapa perempuan cantik. Salah seorang di antaranya adalah Ayu Azhari. Akil Mochtar, mantan ketua Mahkamah Konstitusi, juga membagikan uang hasil kejahatan kemanusiaan itu kepada sejumlah pesohor. Di antaranya, Iis Dahlia. 

Kini Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan yang juga adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah diduga kuat membagikan uang ke sejumlah artis ibu kota. Di antaranya, sebagaimana sering disebut media, adalah Jennifer Dunn, Cathrine Wilson, dan Aura Kasih.

Bahkan, Jennifer Dunn telah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jumat pagi (14/2). Bintang film dewasa itu disebut-sebut menerima mobil mewah Toyota Vellfire putih bernomor B 510 JDC dari suami Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany itu.

Perempuan-perempuan cantik tersebut seakan menjadi alat bagi koruptor. Koruptor sengaja menggunakan mereka untuk menyenangkan "kebutuhan pribadi" dan menghilangkan jejak korupsi (pencucian uang).

Tubuh Perempuan
 

Dalam urusan "kebutuhan pribadi", koruptor ingin membuktikan diri bahwa dengan uang, dia dapat membeli tubuh perempuan. Uang seakan mampu membeli tubuh dan kemudian sah untuk menikmatinya.

Tubuh perempuan memang senantiasa menjadi hal yang diperdebatkan. Tubuh perempuan menjadi harga tersendiri bagi kaum hawa. Tubuh molek nan seksi senantiasa menjadi pergunjingan kaum adam. Jika seorang perempuan mempunyai hal yang demikian, dia dianggap ''mahal". 

Bagian kemolekan tubuh itu pun biasanya hanya dilihat dari payudara. Menurut Freud, payudara tak ubahnya penis pada laki-laki. Keduanya -payudara dan penis-bersifat libidis, yaitu membangkitkan nafsu berahi secara instinktif. Keduanya adalah sumber kenikmatan seksual yang bisa dinikmati secara oral. 


Germaine Greer menyebut tubuh yang indah dan seksi, wajah jelita, kulit cemerlang, dan payudara montok adalah paket yang dikejar hampir setiap kaum perempuan agar kecantikannya menyamai para dewi yang hidup dalam dongeng. Mengapa harus menjadi seorang dewi jika tubuhnya hanya menjadi objek permainan kaum laki-laki? Sementara itu, ada peran lain yang lebih penting menanti. 


Menurut Betty Freidan, tokoh feminis yang menulis buku The Feminine Mystique, para perempuan yang terjerumus ke dalam gelapnya gua-gua "masochism" bukanlah atas kehendaknya. Melainkan karena kaum laki-laki hanya menghargai feminitas sebagai objek seksual belaka.

Jika kaum lelaki menghargai feminitas secara keseluruhan, yang terjadi tidak akan demikian. Sehingga kaum perempuan punya peran lebih luas seperti peran kaum lelaki di masyarakat. Itu yang mendorong kaum feminis liberal berjuang keras untuk punya hak yang sama di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, dan lingkungan hidup seperti halnya kaum laki-laki (Naning Pranoto, 2010).

Dengan demikian, tubuh tidak hanya menjadi indah dengan atribut keindahan (payudara dan bokong montok serta kulit halus kuning langsat). Tubuh perempuan bukan sekadar pemuas nafsu duniawi. Namun, ia merupakan modal sosial untuk berperan serta dalam proses pembangunan. 


Simone de Beauvoir dalam The Second Sex merekomendasikan kemandirian perempuan. Dia tampak membela perempuan apa yang ditempatkannya lain ditentukan oleh laki-laki yang dinamakan sebuah insistensi pada semacam subjektivitas laki-laki yang dicapai perempuan sendiri. Perempuan bebas dari laki-laki sebagaimana banyak yang membacanya. Sejumlah perempuan mengambil milik dan kekuatan yang ditunjukkan laki-laki, melakukan apa yang dilakukan laki-laki. 


Apa yang diperlukan, beberapa orang memberi alasan, adalah bukan perempuan yang menjadi seperti laki-laki, tetapi bahwa manusia secara umum harus mengubah asal muasal dunia yang didominasi laki-laki sedemikian rupa caranya sehingga perempuan bebas menjadi perempuan, tidak sekadar perempuan yang bertindak seperti apa yang dilakukan laki-laki. Apa yang keliru dengan banyak keterangan adalah androsentivitas dan solusinya tidaklah melihat otentisitas sebagai hidup maskulin, tetapi menyangkut hidup individual apa pun jenis kelaminnya (James Garvey, 2010).

Nilai Perempuan
 

Di zaman serbacepat sekarang ini, perempuan mempunyai peran lebih dalam turut serta membangun peradaban. Pendek kata, kekaryaan perempuan sangat dinanti. Perempuan-perempuan yang masih terjebak pada rutinitas dan kemolekan diri hanya akan menjadi "masalah" di era kekinian.

Tubuh perempuan akan dimanfaatkan untuk menghapus dosa korupsi dengan imbalan kehangatan dan pelayanan yang memuaskan. Dalam kasus ini, perempuan bak barang dagangan yang dapat dibeli dan dijual begitu saja. Bahkan, ketika sudah mulai memudar aura kecantikannya, dia akan dicampakkan, dibuang bagai sampah tak berguna.

Lebih lanjut, nilai perempuan pun semakin jatuh. Sebab, dia hanya dijadikan pemuas nafsu koruptor bengis. Perilaku koruptor itu pun seakan membenarkan betapa uang dan seksualitas menjadi dua hal yang tak dapat dipisahkan. Dengan kuasa uang - apalagi sang koruptor menyandang gelar atau kedudukan penting di pemerintahan - dia mampu memilih dan memilah perempuan cantik untuk "dinikmati". 

Tubuh perempuan adalah modal untuk bergerak. Tubuh tidak hanya untuk dipercantik, namun sikap juga perlu diperbaiki. Kemolekan tubuh tanpa kekuatan pribadi yang membudaya hanya akan semakin mengerdilkan peran perempuan. Kecantikan merupakan anugerah dari Tuhan agar sang empunya tubuh mampu lebih mensyukurinya.

Pada akhirnya, terkuaknya kasus korupsi yang menyeret sejumlah perempuan cantik menjadi bukti bahwa keindahan dunia (harta, takhta, dan wanita) masih menjadi "mantra kehidupan" manusia Indonesia. Wallahu a'lam.
 
Indeks Prestasi

Post a Comment