Sistem Pembayaran Pascakrisis Ekonomi Eropa

Sistem Pembayaran Pascakrisis Ekonomi Eropa

Achmad Deni Daruri  ;   President Director Center for Banking Crisis
KORAN SINDO,  20 Februari 2014

                                                                                                                       
                                                                                         
                                                                                                                        
Krisis ekonomi yang melanda Eropa akan tetap menjadi agenda ekonomi duniapada 2014ini. Eropamemperbaiki sistem pembayaran Eropa menjadi sistem pembayaran tunggal pada satu Februari 2014 ini. Langkah ini akan memangkas biaya pembayaran dengan kartu kredit dan debit hingga mencapai 70% dari sebelumnya.

Dampaknya sangat luar biasa karena biaya pembayaran antar bank menjadi jauh lebih murah. Krisis telah membawa Eropa untuk berani mengatasi krisis dengan melakukan inovasi sistem pembayaran yang pada tahun 2010 lalu mereka meluncurkan program digital massal. Kemenangan Angela Merkel sebagai kanselir Jerman, juga banyak pengaruhnya bagi konsolidasi sistem pembayaran di Eropa ke depan walaupun agenda pengawasan bank bersama tetap berlangsung.

Namun, konsolidasi perbankan justru menciptakan risiko baru seperti yang dikatakan oleh Ben Bernanke yaitu: ”Too-big-to-fail was a major part of the source of the crisis. And we will not have successfully responded to the crisis if we don’t address that problem successfully.” Konflik terjadi, dan dipastikan konflik antara Jerman dan Bank Sentral Eropa akan terus berlangsung. Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan: ”No, but the fears felt by some sectors of the public in Germany have not been confirmed. What haven’t we been accused of?”.

Jerman menurut Draghi akan mengancam investasi besar sistem pembayaran yang diperlukan Eropa. Dari sisi investasi, infrastruktur sistem pembayaran Uni Eropa sebetulnya masih memerlukan dana pembangunan yang jauh lebih besar lagi sekalipun terjadi ketidakcocokan antara sistem pembayaran dan sistem bank sentral.

Berbeda dengan di Amerika Serikat, maka sistem bank sentral di Uni Eropa sebetulnya masih terfragmentasi sekalipun Eropa telah memiliki bank sentral bersama yang tunggal. Kondisi ini menyebabkan pembentukan risiko pembayaran menjadi tidak mengalami sinergi yang optimal.

Supaya optimal maka sistem ini harus disinkronkan dengan mengeliminasi fragmentasi. Konsekuensinya, inovasi sistem pembayaran pada pasar ritel akan menjadi semakin terkendala yang menyebabkan investasi menjadi terhambat, sehingga perkembangan kartu kredit juga melamban. Evolusi pasar kartu kredit didorong oleh interaksi dari berbagai stakeholders sebagaimana berubahnya pasar dan teknologi yang terjadi bukan hanya di Eropa, melainkan juga di dunia. Inovasi, seperti kartu pembayaran pada ponsel dan fasilitas pembayaran multimata uang menjadi tersedia secara relatif murah di Eropa, sehingga seharusnya menjadi lebih mudah dan lebih nyaman bagi pemegang kartu pembayaran untuk melakukan pembelian.

Kondisi tersebut pada gilirannya akan memompa peningkatan konsumsi dan produksi perekonomian Eropa. Pemegang kartu dapat melakukan bukan saja pembelanjaan lebih sering ketimbang mengandalkan uang kartal, tetapi juga secara keamanan lebih baik. Hal ini sebetulnya juga akan menguntungkan pedagang yang memanfaatkan inovasi dalam perangkat lunak dan komunikasi, sehingga seharusnya sektor perdagangan di Eropa menjadi semakin baik ketimbang kondisi tahun lalu.

Hasilnya adalah peningkatan likuiditas pasar yang pada gilirannya membantu bank-bank dan penerbit kartu pembayaran baik kredit maupun debit. Selanjutnya, akan tercipta kesempatan bagi lebih banyak peserta dalam rantai pembayaran untuk memfasilitasi keberhasilan pengiriman dari inovasi ini dengan harga yang terjangkau. Tidaklah mengherankan jika bank makanan di Jerman yang sebelumnya memberikan makanan gratis kini memasang harga untuk makanan tersebut.

Hal ini sebetulnya tidak lumrah secara ekonomi karena Jerman adalah negara yang kaya secara ekonomi namun juga terbukti bahwa negara ini terbelah. Arti lainnya adalah telah terjadi penciptaan lapangan kerja akibat dari menggeliatnya perekonomian dengan dukungan sistem pembayaran sehingga daya beli masyarakat Jerman juga meningkat.

Inilah sebetulnya alasan utama partai Sosial Demokrat diJerman untuk mau bergabung berkoalisi dengan partainya Angela Merkel. Telah terjadi transformasi politik akibat adanya transformasi ekonomi dengan pengaruh sistem pembayaran. Bukan hanya itu, sistem pembayaran nilai besar dan ritel di Jerman juga mampu mendukung surplus transaksi berjalan. Namun, kondisi yang sebaliknya terjadi di negaranegara Eropa lainnya. Di negara seperti Yunani tampaknya akan sulit bagi sistem pembayaran Eropa untuk mengubah Yunani dari perekonomian yang tidak produktif menjadi produktif untuk lima tahun ke depan. Dengan demikian, sistem pembayaran Eropa pascakrisis ekonomi tidak akan berbeda dengan periode sebelum terjadinya krisis ekonomi di mana dualisme perekonomian tetap terjadi secara permanen.

Sedangkan ekosistem pembayaran bukan zero-sum game, keuntungan tidak dibagi secara merata di antara para stakeholders. Stakeholders di Jerman juga lebih diuntungkan ketimbang stakeholders di Yunani, Portugal, dan Spanyol. Kasus yang jelas timbul adalah hasil dari diskon atau tarif pertukaran antara pedagang, bank pengakuisisi dan penerbit kartu. Masing-masing pemain kunci memiliki kepentingan komersial sendiri dan posisi kompetitif untuk mengembangkan atau mempertahankan. Permasalahannya, Eropa tidak memiliki instrumen pembayaran yang solid.

Kekuatan sistem pembayaran Eropa adalah pada operator sistem pembayaran yang di Yunani dan sebagian Eropa lainnya justru kolaps ketika krisis ekonomi menghantam Eropa. Bank dan lembaga keuangan lainnya yang mengambil deposit besar memiliki informasi tentang pelanggan mereka untuk tujuan menyetujui dan menerbitkan kartu kredit. Demikian pula lembaga-lembaga nonbank, seperti department store besar dan penerbit kartu pembayaran, memiliki informasi tentang pelanggan mereka, dan mungkin juga menerbitkan kartu kredit, baik dengan skema kartu bermerek, seperti Visa dan MasterCard, atau merek mereka sendiri.

Ada beberapa contoh dari perusahaan yang secara sendirian melakukan cara ini, tetapi mereka benar-benar berjuang karena kesulitan dalam mencapai skala ekonomi, terutama di pasar internasional. Sering kali, perusahaan dengan merek yang kuat menerbitkan kartu sebagai reseller dari bank penerbit. Skala ekonomi hanya dapat tercapai oleh perusahaan- perusahaan milik Jerman yang unggul dalam permesinan, sehingga pascakrisis ekonomi diharapkan operator sistem pembayaran khususnya perbankan akan kembali pulih sehingga nilai tambah sistem pembayaran Eropa dapat meningkat lebih pesat lagi di masa depan tanpa terkendala oleh skala ekonomi.

Pada dasarnya, krisis ekonomi telah membuat Eropa sadar dalam mengembangkan sistem pembayaran yang tidak berlawanan dengan hukum ekonomi sehingga perekonomian Eropa dapat kembali pulih. Untuk itulah, Eropa mengembangkan sistem pembayaran dalam program agenda digital sehingga besarnya skala ekonomi yang optimum bagi lembaga-lembaga dalam sistem pembayaran mencapai efisiensi yang paling optimum!
Indeks Prestasi

Post a Comment